Artikel Belajar dan Bermanfaat

Saturday 5 March 2022

Mengapa Saya Tidak Pernah Mengucapkan Kata Syafakillah

Pada grup kelas sekolah anak, memang hampir setiap pagi ada yang ijin tidak masuk karena terserang sakit seperti demam, pilek, batuk dan sebagainya. Terkadang ada satu anak, dua atau lebih dari tiga anak.

Kemudian dalam beberapa menit, ibu-ibu lain menjawabnya dengan mengucapkan “Syafakillah ya Si A, B, C, dan D””. Secepatnya juga sang ibu menjawabnya dengan ucapan “Jazakillah ya ibu-ibu atas doanya”

Kemudian jika ada yang ijin tidak berangkat karena sedang dalam perjalan maka yang lain mengucapkan komentar “fii amanillah ya”.

Di tengah arus tren ucapan ke arab-arab seperti syafakillah, jazakillah, fi amanillah, qodarullah dan lain-lain. Saya lebih memilih tetap memberikan ucapan bahasa Indonesia sebisa mungkin sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.

Hal ini bukan berarti karena saya menolak untuk penggunaan istilah asing masuk dalam percakapan sehari-hari. Apalagi alergi terhadap arab atau anti Islam. Naudzubilah ya. (Nih, kan saya juga tetap gunakan kata Naudzubillah karena susah mengucapkannya menggunakan bahasa Indonesia. Bukan juga sekedar, tidak mau latah.

Jadi kenapa?

Belajar bahasa indonesia yang benar saja itu sebenarnya kita masih merasa kesulitan. Bagaimana kita bisa menggunakan bahasa lain?

Saya pun belajar tata bahasa arab sejak berumur 9 tahun di madrasah diniyah. Saya sudah menghafal kitab nahwu yang paling dasar, “Jurumiyah” dan sharaf “Amtsilatut Tashrifiyah”. Di sana, saya mengenal ada istilah dhomir atau kata ganti untuk menyebut orang. Yang dalam kaidah bahasa Indonesia ada “Saya, anda dan dia”

Kata ganti orang yang terdapat pada bahasa Arab itu cukup rumit bagi mereka yang belum pernah belajar bahasa Arab. Diletakkan pada bagian depan kalimat dan bagian belakangnya juga bentuknya berbeda.

Contoh

– Buku Saya (Bahasa Indonesia)
– Kitaabii (Bahasa arab);

Kenapa buku saya bahasa arabnya bukan “Kitaab ana”?

Belum lagi jika ada bentuk mufrod (tunggal), tasniyah (dua) dan jamak (banyak atau lebih dari dua). Bahasa arab juga telah membedakan gender, muanats (perempuan) dan mudzakar (laki-laki).

Adapun contohnya

Jika seseorang perempuan satu, bercerita bahwa dia sakit. Kita ingin mengucapkan “lekas sembuh ya” secara langsung kepadanya, kita bilang “Syafakillah” yang artinya semoga Allah menyembuhkanmu (wahai perempuan satu).
Tapi kalo yang sakit adalah anaknya, sementara yang di grup adalah ibunya, benarkah kalau kita mengucapkan “Syafakillah”? Kan yang kita doakan anaknya, orang ketiga. Maka seharusnya, ” Syafahallah”. Semoga allah menyembuhkannya, bukan menyembuhkanmu kan?

Nah, jika anda yang sakit dua orang perempuan maka boleh kita mengucapkan “Syafahallah ya si A dan si B”?. Tentu saja tidak bisa. Mesti diucapkan kata “Syafahumallah” yang berarti semoga Allah menyembuhkan keduanya (perempuan).

Jika ada 3 orang anak perempuan yang sakit maka mengucapkannya juga berbeda.

Jika yang sakit laki-laki maka ucapannya mesti berubah lagi. Ribet kan??

Hal itu juga berlaku untuk pengucapan lainnya semisal “Jazakillah ya ibu-ibu semua” Seharusnya gimana? Ucapkan: Jazakunnallah.

Kemudian kumpulan ibu-ibu semua pun berubah pengucapannya jika sudah ada satu bapak atau lebih yang berkumpul dalam satu kelompok maka kita ucapkan “Jazakumullah.”

Mengapa Saya Tidak Pernah Mengucapkan Kata Syafakillah (Foto: Artikelsiana.com)
Mengapa Saya Tidak Pernah Mengucapkan Kata Syafakillah (Foto: Artikelsiana.com)

Gimana? Jangan tanggung-tanggung jika ingin kearab-araban. Belajarlah berbahasa Arab secara sempurna. Bukan hanya sekedar menggantikan saya dengan ana, kamu dengan anta dan lain-lain. Ini baru urusan dhomir saja. Kata ganti, belum lagi urusan lainnya lagi.

Alih-alih ingin terlihat lebih religius, saya ingin menghindari ikut-ikutan ke arab-araban karena banyak ribetnya. Jadi jangan lagi ucapkan syafakillah jika tidak mengetahui arti syafakillah. Dan masih banyak lagi kaidah-kaidah bahasa arab lainnya yang sering digunakan padahal tidak mengetahui artinya seperti barakallah fii umriktabarakallah dan masya allah.

Mengapa Saya Tidak Pernah Mengucapkan Kata Syafakillah Rating: 4.5 Diposkan Oleh: admin