Artikel Belajar dan Bermanfaat

Friday 7 November 2014

Sejarah : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Sejarah : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno| Kerajaan Mataram Kuno, Pusat pemerintahan Mataram Kuno diperkirakan ada di malang Kamulan. Raja pertama bernama Sanjaya. Letak Kerajaan Mataram Kuno : Kerajaan Mataram Kuno merupakan salah satu kerajaan tertua yang terletak Jawa Tengah. Ibu kota Kerajaan Mataram Kuno berada di Medang Kamulan. Munculnya Kekuasaan Sanjaya : Sumber utama dari kerajaan ini adalah Prasasti Canggal (732 M). Prasasti Canggal berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam prasasti itu, antara lain dijelaskan tentang asal usul sanjaya. Sanjaya adalah anak dari Sanaha. Sanaha adalah saudara perempuan Sanna. Disebutkan bahwa Sanna adalah seorang penguasa terkenal di Jawadwipa. Sanna kemudian digantikan oleh kemenakannya yang bernama sanjaya. 

Perkembangan Pemerintahan : Sanjaya dikenal sebagai raja yang arif dan gagah berani. Ia berusaha menata pemerintahan dengan meredakan kekacauan yang pernah terjadi di masa Sanna. Beberapa daerah disekitarnya kemudian takluk dibawah pemerintahan Sanjaya. Selanjutnya, Sanjaya mengusahakan kehidupan sosial ekonomi yang lebih baik. Rakyat pun hidup dengan makmur. Raja juga mengusahakan keamanan dan ketenteraman. 


Pengganti Sanjaya adalah Raja Panangkaran. Sumber penting yang berkaitan dengan Raja Panangkaran adalah Prasasti Kalasan (778 M). Prasasti ini berhuruf Pranagari dan berbahasa Sanskerta. Prasasti ini menerangkan bahwa Raja Panangkaran juga bernama Syailendra Sri Maharaja Dyah Pancapana Rakai Panangkaran. Disebutkan juga bahwa Raja Panangkaran telah mendirikan Candi Kalasan untuk Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta Buddha. 

Sejarah : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

Dari keterangan tersebut dapat diketahui bahwa keluarga Syailendra adalah Sanjaya beserta keturunannya. Hanya saja pada masa pemerintahan Sanjaya, keluarga Sanjaya masih memeluk agama Hindu. Baru kemudian pada masa Raja Panangkaran agama Buddha berkembang luas dan rakyat mataram banyak memeluk agama Buddha. Munculnya Dua Kekuasaan : Setelah kekuasaan Raja Pangkaran berakhir, timbullah perbedaan pandangan di antara para anggota keluarga Syailendra. Ada kelompok keluarga yang ingin tetap mengembangkan agama Hindu, tetapi banyak juga anggota keluarga yang ingin mengembangkan agama Buddha. Dengan demikian, timbullah dua cabang keluarga di dalam silsilah Dinasti Syailendra.  Hal itu sekaligus menimbulkan dua cabang kekuasaan. Satu cabang keluarga memeluk agama Hindu. Mereka mengembangkan pengaruhnya di Jawa Tengah bagian utara. Keluarga lain yang memeluk agama Buddha mengembangkan kekuasaannya di Jawa Tengah bagian selatan.  

Keluarga Sanjaya yang beragama Hindu berada di Jawa tengah bagian utara meninggalkan beberapa bangunan candi, Contohnya :  candi di kompleks Percandian Dieng. Di kompleks Percandian Dieng ini ada Candi Bima, Candi Arjuna, Candi Puntadewa, dan Candi Semar. Selain itu, juga membangun kompleks Percandian Gedong Sanga. Sementara itu, keluarga Syailendra yang berkuasa di Jawa Tengah bagian selatan meninggalkan beberapa candi Buddha. Candi-Candi itu, misalnya Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Ngawen. Dari keempat candi itu, Candi Borobudur merupakan candi yang sangat terkenal dan termasuk salah satu dari tujuh keajaiban dunia. Candi Borobudur mulai dibangun pada tahun 824 M pada masa pemerintahan Raja Samaratungga. "Arsiteknya" adalah Gunadharma. Pembangunan kemudian dilanjutkan oleh Pramodharwadhani dan Rakai Pikatan. 

Kerukunan Hidup Beragama : Pemerintahan keluarga Syailendra di Jawa Tengah semenjak Sanjaya berkuasa ternyata telah mengembangkan toleransi atau kerukunan hidup beragama. Sekalipun ia sendiri memeluk agama Hindu,  tetapi agama Buddha diizinkan untuk berkembang. Lebih nyata lagi pada masa pemerintahan Panangkaran. Waktu itu agama Hindu tetap berkembang, demikian pula dengan agama Buddha juga berkembang pesat. Bahkan, raja Panangkaran telah memberikan izin dan menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan bangunan bagi agama Buddha. 

Masyarakat pemeluk agama Hindu ataupaun Buddha hidup berdampingan dan saling menghormati. Toleransi kehidupan beragama itu tampak begitu menonjol dengan terjadinya perkawinan Rakai Pikatan dengan Pramodhawardhani. Tentu kita semua ingat bahwa Rakai Pikatan beragama Hindu dah Pramodhawardhani, putri Samaratungga beragama Buddha. Untuk menandai kerukunan itu Pikatan dan Pramodhawardhani membangun sebuah candi, yakni Candi Plaosan.  Rakai Pikatan tampil sebagai raja Mataram Kuno. Sebelum berkuasa di Kerajaan Mataram Kuno, Rakai Pikatan harus berselisih dahulu dengan Balaputra dewa. Balaputradewa adalah adik Pramodhawardhani sebagai penerus tahkta dari Dinasti Syailendra. Akhirnya, Balaputradewa terdesak dan melarikan diri ke Sumatera. Di bawah kekuasaan Rakai Pikatan rakyat hidup aman dan damai. Ia mengakhiri kekuasaan dengan mengundukan diri dan menjadi pertapa. Sebagai raja pengganti adalah Rakai Katuwangi atau Dyah Lokapala yang memerintah tahun 856-883. 

Rakai Kayuwangi kemudian digantikan oleh Raja Watuhumalang. Setelah Watuhumalang, tampillah Raja Balitung yang memerintah tahun 889-911. Ia bergelar Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Sri Dharmadya Mahasambha. Ratu Balitung merupakan raja terbesar. Pada masa pemerintahannya, Mataram Kuno mencapai zaman keemasan. Raja Balitung sangat memerhatikan pembangunan bidang pemerintahan, pertanian, dan agama. Dalam bidang agama, Balitung telah membangun beberapa  tempat suci, misalnya Candi Prambanan. Pembangunan candi itu baru selesai pada pemerintahan Daksa. Candi Prambanan merupakan candi yang megah dan anggun. Oleh masyarakat, Candi Prambanan dikenal dengan nama Candi Loro Jonggrang. Pada kompleks candi ada tiga bangunan, yakni Candi Syiwa atau Candi Lorong Jonggrang, Candi Brahma, dan Candi Wisnu. Berakhirnya Kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno : Pengganti Raja Balitung adalah Daksa (911-919). Setelah Daksa, berturut-turut Mataram Kuno diperintah oleh Raja Tulodong (919-921) dan Raja Wawa (921-927). Wawa boleh dikatakan raja terakhir dari keluarga Syailendra di Jawa Tengah. Raja wawa digantikan oleh menantu Wawa, yakni empu Sindok. Pada tahun 929, Empu Sindok memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur. Perpindahan itu disebabkan keadaan Jawa Tengah tidak menguntungkan lagi, misalnya adanya bencana alam. 
Sekian artikel tentang Sejarah : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno, Semoga bermanfaat 

Sejarah : Sejarah Kerajaan Mataram Kuno Rating: 4.5 Diposkan Oleh: admin