Artikel Belajar dan Bermanfaat

Saturday 8 November 2014

Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya| Kerajaan Sriwijaya, sejak permulaan tahun Masehi, hubungan antara India dan Nusantara sudah ramai. Hal itu menjadikan daerah pantai timur Sumatera bertambah ramai. Akibatnya, muncul pusat-pusat perdagangan yang berkembang menjadi pusat kerajaan. Munculnya Kerajaan Sriwijaya : Kerajaan-kerajaan kecil yang muncul di pantai timur Sumatera sekitar abad ke-7, antara lain Kerajaan Tulang Bawang, Melayu, dan Sriwijaya. Dari ketiga kerajaan itu, yang berhasil berkembang mencapai kejayaan adalah Sriwijaya. Letak Kerajaan Sriwijaya : Mengenai pusat Kerajaan Sriwijaya ada berbagai pendapat. Ada yang berpendapat bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang, ada pula yang berpendapat di Jambi. Akan tetapi, pendapat yang banyak didukung oleh para ahli adalah di Palembang dekat pantai dan tepi Sungai Musi.

Pemerintahan dan Perkembangan Politik serta Sosial Ekonomi : Kerajaan Sriwijaya mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sriwijaya dalam perkembangannya berperan sebagai kerajaan maritin dan pusat agama Buddha. Sriwijaya mendapat julukan sebagai negara nasional pertama. Sriwijaya sebagai Negara Nasional Pertama : Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang abad ke-7. Kerajaan Sriwijaya dipimpin Dapunta Hyang. Raja ini banyak melakukan perluasan wilayah. Perluasan itu terus berlangsung pada masa raja-raja berikutnya.

Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya

Beberapa daerah yang dapat dikuasai oleh Sriwijaya,
1 Tulang Bawang yang terletak kira-kira di daerah Lampung
2. Daerah Kedah di pantai barat Semenanjung Melayu.
3. Pulau Bangka;
4. Jambi;
5. Jawa Barat;
6. Tanah Genting
7. Kerajaan Kalingga dan Mataram Hindu (Kuno).

Dalam Perkembangan wilayah kekuasaan Sriwijaya makin luas. Sebagian besar Sumatera, Semenanjung Melayu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Kalimantan bagian barat berada dibawah pengaruh Sriwijaya. Bahkan tahun 775 saat Sriwijaya diperintah oleh Dharmasetra, berhasil menguasai dan membangun pagkalan di daerah Ligor. Pada abad ke-9, dibawah pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya mengalami masa keemasan. Wilayahnya sangat luas dengan dermaga angkatan laut yang kuat, jalur perdagangan, dan bandar-bandar penting di sekitar Sriwijaya berhasil dikuasai. Sriwijaya mampu mengendalikan sebagian besar perairan Nusantara. Oleh karena itu wilayah dan pengaruhnya yang sangat luas, Sriwijaya sering dikenal sebagai Negara Nasional Pertama di Indonesia.

Pada tahun 990 M, Kerajaan Sriwijaya dipimpin Sri Sudamaniwarmadewa. Pada masa pemerintahan raja ini terjadi serangan Raja Darmawangsa dari Jawa Timur. Akan tetapi, serangan itu berhasil digagalkan oleh tentara Sriwijaya. Srisudamaniwarmadewa kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Marawijayottunggawarman. Pada masa kejayaannya, Sriwijaya juga mengembangkan hubungan kerja sama dengan Kerajaan Benggala, Colamandala, Sri Langka, Cina (Kanton), dan kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara, seperti Siam. Hal itu menunjukkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar yang cukup dihormati kerajaan lain.

Sriwijaya sebagai Kerajaan Maritim : Sriwijaya boleh dikatakan sebagai kerajaan maritin yang pertama di Indonesia. Kerajaan maritin adalah suatu kerajaan yang mengandalkan kehidupan perekonomiannya dari hasil pelayaran dan pergangan. Oleh karena itu, sungai dan laut atau perairan di sekitar kerajaan menjadi bagian yang sangat penting. Kerajaan Sriwijaya telah berhasil berkembang menjadi kerajaan maritim yang sangat kuat. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya sebagai kerajaan maritim itu didorong oleh letak Sriwijaya dan kedudukannya sebagai pusat perdagangan. Perlu diketahui, selain di tepi sungai dan dekat pantai, letak Sriwijaya berhadapan dengan Selat Malaka, dan berdekatan dengan Selat Sunda. Letak yang demikian itu, memungkinkan Sriwijaya dapat menguasai dua perairan yang memiliki arti penting dalam kegiatan perdagangan.

Letak Sriwijaya yang strategis menjadikan kerajaan tersebut sebagai tempat persinggahan kapal dagang yang berlayar dari Cina ke India atau sebaliknya. Bahkan, pedagang yang singgah di Sriwijaya tidak hanya dari India dan Cina, tetapi juga dari Siam dan Arab. Para pedagang itu melakukan bongkar muat barang dagangannya. Dengan demikian, Sriwijaya cepat berkembang menjadi banda dan pusat perdagangan internasional yang sangat ramai. Sriwijaya mulai menguasai perdagangan baik secra nasional maupun internasional di Asia Tenggara. Perdagangan laut Sriwijaya berkembang karena terjamin keamanannya. Keamanan perdagangan samudra di Sriwijaya didukung oleh kuatnya armada angkatan laut Kerajaan Sriwijaya yang mampu mengamankan seluruh lautan Nusantara. Munculnya Sriwijaya sebagai bandar dan pusat perdagangan, telah membawa kemakmuran bagi rakyat Sriwijaya. Rakyat Sriwijaya mendapatkan hasil dari pajak atau bea cukai kapal-kapal asing yang dilakukan bongkar maut barang di Bandar Sriwijaya. Rakyat Sriwijaya juga mudah mendapatkan barang-barang keperluan tanpa harus pergi jauh. Dengan demikian, Sriwijaya benar-benar berkembang menajdi kerajaan maritim

Sriwijaya sebagai Pusat Ilmu Pengetahuan dan Agama Buddha : Sriwijaya berhasil menjadi pusat ilmu pengetahuan dan agama Buddha Mahayana yang penting di daerah Asia Timur dan Asia Tenggara. Banyak mahasiswa bahkan pendeta dari luar yang datang ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa sanskerta. Bagi yang ingin memperdalam agama Buddha di Perguruan Tinggi Nalanda, sebagiknya mengadakan persiapan dahulu di Sriwijaya. Hal itu sesuai keterangan i Tsing, seorang musafir dari Cina. Pada tahun 685 setelah berada di India. I Tsing pergi lagi ke Sriwijaya untuk kedua kalinya. Pada kesempatan ini 1 Tsing tinggal selamat empat tahun di Sriwijaya. Selain memperdalam bahasa Sanskerta. I Tsing juga melengkapi catatan-catatannya mengenai keadaan dan perkembangan Kerajaan Sriwijaya. Diceritakan bahwa di Sriwijaya terdapat ribuan mahasiswa dan pendeta agama Buddha yang sedang belajar. Para pendeta itu datang dari berbagai negara. Salah seorang di antaranya adalah Atisa, pendeta dari Tibet. Mereka belajar di bawah bimbingan para pendeta Sriwijaya.

Salah seorang pendeta agama Buddha dari Sriwijaya yang terkenal adalah Sakyakirti. Itu semua membuktikan bahwa Sriwijaya benar-benar menjadi pusat pengetahuan dan agama Buddha. Sriwijaya tidak hanya sebagai pusat belajar, tetapi juga aktif mengirim para mahasiswanya belajar agama Buddha ke Perguruan Tinggi Nalanda di India. Agama Buddha Mahayana berkembang pesat di Sriwijaya begitu jgua seni budaya yang berkaitan dengan agama Buddha. Hal ini terbukti dengan dibuatnya bangunan suci agama Buddha. Misalnya, Candi Muara Takus dan Biaro Bahal yang merupakan bangunan suci yang sangat penting.

Kemunduran Sriwijaya : Sejak abad ke-11, Sriwijaya mulai megnalami kemunduran. Sebab-sebab kemunduran itu, antara lain sebagai berikut.
1. Pada tahun 1025, Sriwijaya diserang oleh Raja Rajendra dari Colamandala
2. Pada tahun 1275, Raja Kertanegara dari Singasari mengirim pasukan ke Melayu. Peristiwa ini dikenal dengan sebutan Ekspedisi Pamalayu. Kedatangan pasukan Kertanegara yang berhasil menguasai wilayah Melayu ini memperlemah kedudukan Sriwijaya. Berkembanganya Majapahit sebagai negara yang besar turut memperlemah kedudukan Sriwijaya. Pada tahun 1377, Angkatan Laut Majapahit menyerang Sriwijaya dan mengakhiri riwayat Kerajaan Sriwijaya.

Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya
Sekian artikel tetang  Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya semoga bermanfaat 

Sejarah : Sejarah Kerajaan Sriwijaya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: admin